Meneladani Sikap Toleransi dalam Islam melalui Kehidupan Nabi Muhammad SAW

Tahukah kamu Setiap tahun, tanggal 16 November diperingati sebagai Hari Toleransi Internasional?. Hari ini dicanangkan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya saling menghormati perbedaan antar individu, baik dalam hal agama, ras, budaya, maupun pandangan hidup. Toleransi bukan hanya sebuah nilai universal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat dunia, tetapi juga merupakan ajaran yang sangat ditekankan dalam Islam. Dalam konteks ini, kehidupan Nabi Muhammad SAW menjadi contoh terbaik bagaimana mengamalkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Toleransi dalam Ajaran Islam

Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, penghormatan, dan kerukunan. Salah satu ajaran dasar Islam adalah ta'aruf, yaitu saling mengenal dan menghormati perbedaan antar umat manusia, yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:

"Wahai umat manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kamu saling mengenal (ta'aruf). Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS. Al-Hujurat: 13)

Ayat ini mengajarkan bahwa perbedaan adalah sebuah kenyataan yang harus diterima dengan lapang dada. Keberagaman bukanlah alasan untuk bertikai, tetapi justru kesempatan untuk saling mengenal dan mempererat persaudaraan.

Kisah Nabi Muhammad SAW: Teladan Toleransi dalam Kehidupan Sehari-hari

Nabi Muhammad SAW adalah sosok teladan yang menunjukkan bagaimana hidup berdampingan dengan berbagai kelompok, agama, dan suku dengan penuh toleransi. Berbagai peristiwa dalam kehidupan beliau menggambarkan betapa pentingnya sikap menghormati perbedaan dan menjaga kedamaian. Berikut adalah beberapa contoh konkret dari kehidupan Nabi Muhammad SAW yang bisa kita teladani dalam menerapkan toleransi:

Perlakuan terhadap Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani)

Nabi Muhammad SAW selalu memperlakukan umat yang berbeda agama dengan penuh penghormatan. Salah satu contoh nyata adalah hubungan beliau dengan umat Yahudi. Dalam perjanjian Madinah yang dikenal sebagai Piagam Madinah, Nabi Muhammad SAW menetapkan sebuah perjanjian yang mengatur hubungan antara umat Muslim dan kelompok non-Muslim, termasuk Yahudi. Perjanjian ini berisi prinsip-prinsip toleransi dan saling menghormati, di antaranya hak untuk beribadah sesuai keyakinan masing-masing, serta menjaga keamanan bersama. Dalam salah satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Barangsiapa yang menyakiti seorang dhimmi (non-Muslim yang hidup di bawah perlindungan negara Islam), maka dia telah menyakitiku.” (HR. Bukhari)

Hadis ini mengajarkan betapa besar tanggung jawab seorang Muslim untuk menjaga hak-hak orang lain, termasuk non-Muslim, dan tidak menyakiti mereka.

Sikap Beliau terhadap Perbedaan Pendapat

Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kita untuk menghargai perbedaan pendapat. Salah satu contoh yang terkenal adalah kisah perbedaan pendapat dalam peperangan Badar. Ketika para sahabat Nabi mengusulkan untuk mengadakan perang di Badar, beberapa sahabat berbeda pendapat. Namun, Nabi Muhammad SAW mendengarkan setiap pendapat dengan bijak dan akhirnya memutuskan untuk bertindak. Beliau tidak hanya memimpin dengan keputusan, tetapi juga menghargai saran dan pendapat yang berbeda.

Menghormati Orang yang Memiliki Pandangan Berbeda

Suatu ketika, seorang wanita Yahudi yang tua biasa datang ke masjid Nabi Muhammad SAW untuk memberikan sedekah. Setelah wafatnya Nabi, salah seorang sahabatnya merasa terkejut karena wanita tersebut tidak hadir lagi. Mereka kemudian mencari tahu dan mengetahui bahwa wanita tersebut telah meninggal. Beliau mengingatkannya untuk tetap menghormati orang tersebut meskipun dia bukan seorang Muslim. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan untuk saling menghargai semua orang tanpa memandang agama atau latar belakang.

Bersikap Lembut kepada Semua Orang

Dalam peristiwa tahun gajah, saat Rasulullah Muhammad SAW mendirikan masjid di Madinah, beliau juga menjalin hubungan yang baik dengan komunitas non-Muslim, termasuk dengan para petani yang berasal dari kalangan Yahudi. Meskipun mereka berbeda agama, Nabi Muhammad SAW tetap menjalin hubungan yang baik dan saling membantu untuk kepentingan bersama. Bahkan, ketika ada seorang wanita tua yang pernah menghina beliau, Nabi Muhammad SAW tetap bersikap lembut dan memaafkannya ketika bertemu lagi.